Tak pernah bisa dia pulang ke rumah kurang dari pukul 00.00, seolah ada kewajiban untuk selalu pulang pukul 00.00 . Padahal pukul 00.00 adalah waktu pulang yang tidak ditentukan olehnya, bahkan oleh agamanya pun tidak. Hari ini dia pulang pukul 00.00, dia tidak sadar bahwa dia pulang pada pukul 00.00. Kemarin dia pulang pukul 00.00, seperti kemarinnya lagi. Mungkin besok dia akan pulang pukul 00.00 lagi.
Dia tidur hanya 3 jam, berarti dia bangun pukul 03.00. Kemudian dia tidur lagi pukul 09.00 selama tiga jam juga, yang berarti juga dia bangun pukul 12.00. Kemudian dia pergi entah kemana, dan pulang pukul 00.00, seperti biasanya. Kehidupannya berjalan dengan selalu banyak kegiatan dan perubahan, hanya satu yang tidak berubah, dia pulang pukul 00.00, dan tidur selama 3 jam.
Suatu hari jam tangannya mati, jam dindingnya mati, jam disekelilingnya mati. Dan akhirnya dia tidak tahu dia pulang jam berapa. Yang jelas dia pulang pada pukul tidak tahu, pukul 00.00 mungkin, pukul 00.00 bisa saja, atau pukul berapapun yang mungkin, karena dia tahu bahwa waktu terus berjalan walaupun semua alat pengukur waktu mati.
Buktinya dia masih menjalani kehidupannya yang selalu banyak kegiatan dan perubahan, dan dia pulang, dan dia tidur, dan dia bangun dan dia berkegiatan dan berubah dan dia pulang lagi dan tidur lagi dan lagi. Matahari masih bersinar, bulan kadang ada kadang tidak. Semua alat pengukur waktu masih mati, mungkin mereka sudah di surga, dan mereka sedang menikmati mengukur waktu di surga yang katanya abadi.
Dia membetulkan jam tangannya, jam dindingnya, dan jam disekelilingnya, tetapi tidak kunjung betul, dan akhirnya dia hanya membetulkan jarum jamnya saja agar menunjuk pada pukul 12.00 atau 00.00. dia pikir dengan begitu, nanti pada saat alat pengukur waktu bosan di surga dan kembali, maka jarum jam akan berjalan pada pukul 12.00 jika siang, dan pukul 00.00 jika malam.
Entah sudah berapa lama, dia yang dulu selalu pulang pukul 00.00 telah mati, seperti jam tangannya, jam dindingnya, dan jam disekelilinya. Dia mati. Waktu masih terus berjalan tak terukur, yang mati sudah banyak, yang lahir banyak juga, alat pengukur lahir dengan teknologi baru, dan waktu masih tak terukur, walau setiap harinya dapat terhitung.
***
dia sudah sampai di surga. Hal pertama yang dia lakukan adalah mencari waktu, dan memastikan dia sampai di surga pukul berapa. Setelah beberapa saat yang cepat, secepat lintasan pikiran manusia, dia menemukan jam tangannya, jam dindingnya, dan jam disekelilingnya hidup, mereka sedang berkumpul membicarakan kesenangan masing-masing. Ternyata mereka benar-benar hidup, mereka berbincang-bincang, tertawa, tersinggung, mereka hidup. Dia hanya melirik takjub, dia tertegun dan perlahan dia mati tertegun, dia mati di surga, yah betul dia mati untuk yang kedua kalinya, dia yang selalu pulang pukul 00.00 telah mati di surga.
Jam tangannya, jam dindingnya, dan jam disekelilingnya pulang pukul 00.00 seperti dia. Dan besoknya pulang pukul 00.00 lagi. Seperti hari ini, kemarin mereka pulang pukul 00.00 lagi, seperti kemarinnya lagi, dan lagi, dan lagi.
Dia bangun setelah 3 jam, dia hidup lagi, dia mati hanya 3 jam, persis seperti saat dia tidur, dia tidur hanya 3 jam.
Di surga, tak pernah bisa dia pulang ke rumah kurang dari pukul 00.00, seolah ada kewajiban untuk selalu pulang pukul 00.00 . Padahal pukul 00.00 adalah waktu pulang yang tidak ditentukan olehnya, bahkan oleh agamanya pun tidak. Hari ini dia pulang pukul 00.00, dia tidak sadar bahwa dia pulang pada pukul 00.00. Kemarin dia pulang pukul 00.00, seperti kemarinnya lagi. Mungkin besok dia akan pulang pukul 00.00 lagi.
Dia mati hanya 3 jam, berarti dia bangun pukul 03.00. Kemudian dia mati lagi pukul 09.00 selama tiga jam juga, yang berarti juga dia bangun pukul 12.00. Kemudian dia pergi entah kemana, dan pulang pukul 00.00, seperti biasanya. Kehidupannya berjalan dengan selalu banyak kegiatan dan perubahan, hanya satu yang tidak berubah, dia pulang pukul 00.00, dan mati selama 3 jam. Dia hidup abadi seperti itu.
***
waktu masih terus berjalan, terus hidup menjalani kewajibannya untuk terus berjalan, tak pernah sekalipun dia berhenti walaupun ingin, waktu terus berjalan, melibas semua yang ada dihadapannya. Kehidupan berakhir di dunia, tetapi waktu belum berakhir. Sepertinya waktu abadi, karena dia terihat masih berjalan, entah sampai kapan berhentinya. Dia yang selalu pulang pukul 00.00 sudah berhenti, alias mati, alat pengukur waktu pun berhenti alias mati, yang melahirkan pun berhenti, alias mati. Mungkin waktu berasal dari surga, karena waktu sepertinya abadi, tak pernah berhenti, alias mati, seperti surga yang abadi. Bukankah semua yang berasal dari surga tak bisa berhenti, alias mati ? (kecuali dia yang selalu pulang pukul 00.00, dia mati di surga)
pukul 00.00 terlewati oleh waktu, dan waktu kembali melewati pukul 00.00 dan lagi seperti kemarinya lagi dan lagi, waktu melewati pukul 00.00. waktu ingin pulang pada pukul 00.00 seperti dia yang selalu pulang pukul 00.00 setiap harinya.
TAMAT – ABADI
Bandung, musim hujan
bulan Desember
malam natal 2006
erri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar